Pertanian dan industri makanan terus mengalami transformasi yang menarik dengan melakukan usaha kreatif untuk memanfaatkan limbah pertanian menjadi produk bernilai tinggi. Mahasiwa PPA, Luari Giri Pramelini, berhasil membuat inovasi pemanfaatan limbah cangkang kulit kakao atau Cacao Pod Husk (CPH) menjadi produk pangan keripik kulit pangsit. Inovasi ini tidak hanya membantu mengurangi limbah pertanian tetapi juga menciptakan produk makanan baru yang unik dan lezat. Inovasi tersebut menjadi penelitian tugas akhirnya yang telah dipublikasikan dengan judul “Development of Cacao Pod Husk Chips using Quality Function Development Method” pada International Journal of Agriculture, Forestry, and Plantation Vol. 13.
Setiap tahun, jutaan ton biji kakao dipanen untuk diproses menjadi cokelat dan produk-produk kakao lainnya. Namun, satu aspek yang sering diabaikan adalah limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan kakao, termasuk cangkang kulit kakao. Cacao Pod Husk (CPH) memiliki persentase terbesar dari total masa kakao segar yaitu 67% belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar cangkang kulit kakao dibuang. Pemanfaatan CPH masih terbatas pada pupuk kompos dan bahan pakan ternak yang diberikan secara langsung tanpa perlakuan terlebih dahulu. Padahal CPH kaya akan serat, protein, dan komponen bioaktif.
Pembuatan keripik kulit pangsit diinspirasi oleh perubahan konsumsi masyarakat pasca pandemi COVID-19. Masyarakat lebih memperhatikan produk pangan yang tidak hanya memberikan rasa kenyang tetapi juga bermanfaat secara fisiologis bagi tubuh. Olahan pangan fungsional berupa keripik kulit pangsit merupakan produk potensial yang dapat dikembangkan karena keripik merupakan camilan yang cukup digemari oleh konsumen. Dalam pengembangan produknya, Luari memanfaatkan metode Quality Function Development (QFD) yang mampu menerjemahkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu, metode QFD juga mampu mengevaluasi kemampuan produk secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keripik kulit pangsit CPH menunjukkan kinerja produk yang baik serta memiliki kandungan serat pangan total sebesar 16% sehingga dapat dikategorikan sebagai produk kaya akan serat.
Inovasi pemanfaatan cangkang kulit kakao menjadi keripik kulit pangsit bukan hanya merupakan langkah kreatif dalam memanfaatkan limbah pertanian. Namun menjadi kontribusi nyata terhadap pencapaian SDGs nomor 2 atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor 2 yaitu zero hunger. Adanya penyediaan alternatif makanan yang bergizi dan berkelanjutan, kita dapat bergerak menuju dunia yang bebas kelaparan dan berkelanjutan bagi semua.