Yogyakarta, 22 November 2024 – Indonesia, sebagai salah satu pemain utama dalam industri kakao dunia, memiliki potensi besar untuk menghasilkan cokelat berkualitas tinggi. Namun, kualitas biji kakao yang bervariasi di berbagai daerah menjadi tantangan tersendiri.
Dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim dosen dari Program Studi Pengembangan Produk Agroindustri, terungkap bahwa proses pascapanen, terutama fermentasi dan pengeringan, sangat krusial dalam menentukan kualitas biji kakao. Penelitian ini melibatkan analisis terhadap sampel biji kakao dari empat daerah di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Gunung Kidul memiliki tingkat fermentasi biji kakao terbaik dibandingkan dengan daerah lainnya. Fermentasi yang optimal sangat penting karena dapat mengubah rasa pahit alami kakao menjadi senyawa aroma yang lebih disukai konsumen. Sayangnya, hasil dari daerah Papua menunjukkan tingkat fermentasi yang masih rendah, bahkan ditemukan sejumlah biji kakao yang berjamur.
Selain tingkat fermentasi, kadar air pada biji kakao juga menjadi perhatian. Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata kadar air biji kakao dari semua daerah yang diteliti masih di atas ambang batas yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Kadar air yang tinggi dapat memicu pertumbuhan jamur dan bakteri, sehingga menurunkan kualitas biji kakao. “Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi yang dapat digali untuk meningkatkan kualitas biji kakao Indonesia,” ujar Putri Rousan Nabila, S.T., M.T., selaku ketua penelitian ini. “Dengan memperbaiki proses fermentasi dan pengeringan, serta meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya kualitas, kita dapat meningkatkan daya saing biji kakao Indonesia di pasar internasional.”
Mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
Penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas biji kakao Indonesia, tetapi juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 12, yaitu produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab. Dengan menghasilkan produk pertanian yang berkualitas, Indonesia dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan mengurangi pemborosan.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, tim peneliti merekomendasikan beberapa hal, antara lain:
- Peningkatan kualitas proses fermentasi: Petani perlu diberikan pelatihan dan pendampingan untuk melakukan proses fermentasi yang benar.
- Peningkatan fasilitas pengeringan: Fasilitas pengeringan yang memadai diperlukan untuk menurunkan kadar air biji kakao secara efektif.
- Standarisasi kualitas: Perlu adanya standarisasi kualitas biji kakao sesuai SNI 01-232-2008 yang lebih ketat untuk memastikan produk yang dihasilkan memenuhi standar internasional.
Dengan upaya bersama, diharapkan kualitas biji kakao Indonesia dapat terus ditingkatkan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi petani dan industri cokelat nasional.