Perkembangan agroindustri di Indonesia hingga saat ini masih terpasung oleh kuatnya marjinalisasi terhadap sektor ini. Marjinalisasi ini lahir dari kebijakan pembangunan “salah kiblat” yang mempercayai sepenuhnya doktrin industrialisasi sebagai penggerak utama pembangunan. “Kebijakan industrialisasi ini sebenarnya tidak salah. Fatalitas pendekatan ini terjadi manakala industrialisasi direduksi dalam pengertian yang sempit dan melupakan jatidiri potensi ekonomi yang secara nyata kita miliki yaitu sektor pertanian sebagai basis agroindustri” demikian ujar Guru Besar Sosial-ekonomi agroindustri Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Mochammad Maksum dalam orasi ilmiah yang disampaikan dalam rangka Syukuran Peringatan 1 Dasawarsa Diploma III Agroindustri UGM, Jum’at 16 Desember 2011 di Grha Bulaksumur, Auditorium FTP-UGM. Lebih jauh menurutnya, marjinalisasi itu dibarengi pula dengan pemanjaan terhadap sektor industri berbasis impor (IBI) yang berbasis modal besar, teknologi tinggi dan mensyaratkan tenaga kerja berpendidikan tinggi namun tidak berakar pada potensi bangsa. Akibatnya, pemanjaan terhadap IBI selaku infant industry (industri bayi) tidak pernah berhasil menyapih IBI alih-alih IBI tetap menjadi industri manja yang protektif, bergantung pada stimulus fiskal dan moneter.
Di akhir uraiannya Profesor yang juga ketua PBNU ini mengajak semua pihak untuk menjadikan agroindustri sebagai kunci kesejahteraan hakiki bangsa Indonesia. Semua itu harus diawali dengan perubahan paradigmatik terhadap pemaknaan kata “industri” yang selama ini berkonotasi sektoral, pabrik dan manufaktur menjadi sebuah sistem kompleks yang juga menyangkut aspek sosio-kultural. Dia bisa terkait dengan urusan sektoral yang sangat primer sekalipun, seperti konservasi dan pertanian-pedesaan, selama berorientasi systematic work to some purposes. Hal lain yang harus dilakukan adalah rekonstruksi ekonomi-politik berupa perubahan kebijakan nasional dari kebijakan perekonomian berbasis impor ke perekonomian berbasis domestik.
Acara syukuran sendiri berlangsung meriah dihadiri oleh Asisten Wakil Rektor Senior Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dekan dan jajaran dekanat FTP-UGM, Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIP) beserta seluruh jajaran dosen TIP, Ketua Sekolah Vokasi UGM dan para Ka.Prodi se-Sekolah Vokasi UGM serta seluruh civitas akademika D III Agroindustri.
Sebagaimana direncanakan acara dibuka dengan persembahan Tari Belibis oleh mahasiswa DIII Agroindustri. Pada acara tersebut juga diberikan penghargaan kepada sesepuh dan pendiri Diploma III Agroindustri Dr. Slamet Sudarmadji, mahasiswa berprestasi, serta karyawan dan alumni teladan. Dr Slamet Sudarmadji, dalam kata sambutannya setelah penghargaan menyampaikan optimismenya bahwa Diploma III Agroindustri dapat berkembang dan menjadi pusat unggulan (centre of excellence) dalam pendidikan dan penyiapan tenaga kerja terampil di bidang agroindustri. Satu hal yang masih menjadi mimpi Pak Slamet adalah Diploma III Agroindustri memiliki pabrik yang menjadi sarana mahasiswa mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang dimiliki selama kuliah.
Acara ditutup dengan hiburan yang menampilkan band dosen dan karyawan jurusan TIP. Band yang diawaki Pak Pujo dan Pak Iwan sebagai vokalis, Pak Suryandono pada gitar, Pak Henry Yuliando pada kyeboard, Pak Mirwan sebagai drummer, serta Mas Irwan dan Mas Yanto (staff DIII) sebagai gitaris dan basis ini menampilkan lagu-lagu dari genre yang beragam mulai dari rock, pop, hingga dangdut dan mendapatkan sambutan hangat dari hadirin yang berkali-kali memberikan setangkai bunga kepada para personel band.